PAMEKASAN HEBAT - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan, Jawa Timur menguatkan ekonomi pertanian masyarakat di wilayah itu melalui tanaman porang, yakni tanaman umbi-umbian yang bisa bertahan di tanah kering dan perawatannya sangat mudah.
"Ini kami lakukan, karena tanaman porang tersebut ternyata memiliki nilai ekonomi tinggi dan tidak terlalu membutuhkan banyak biaya," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pemkab Pamekasan Ajib Abdullah di Pamekasan, Senin.
Selain perawatannya mudah, tanaman dengan nama latin amorphophallus muelleri atau yang dikenal dengan nama iles-iles itu juga bisa ditanam dengan metode tumpang sari, sehingga tidak akan mengurangi luasan lahan yang terlalu banyak.
Hasil dari jenis tanaman ini juga sangat menjanjikan, yakni bisa mencapai Rp500 juta per 1 hektare lahan.
"Jika anjuran kami ini diikuti oleh semua masyarakat, kami yakin tanaman porang ini pilihan tanaman alternatif yang memiliki potensi ekonomi bagus, selain tembakau," katanya.
Hanya saja, sambung dia, masa panen tanaman porang lebih lama dibanding tembakau, yakni membutuhkan waktu selama satu tahun. "Kalau tembakau kan hanya tiga bulanan," ujarnya.
Namun demikian, sebagian petani di Pamekasan sudah ada yang memulai menanam porang dan hasilnya sudah dirasakan oleh masyarakat petani.
Pada 2020, luas areal lahan pertanian milik warga yang ditanami tanaman porang mencapai 3 hektare, tersebar di 13 kecamatan.
"Tahun ini target kami hingga 100 hektare dan lahan yang ditanaman bukan lahan yang biasa ditanami tembakau. Bisa saja lahan yang tidak produktif, semisal di lahan kering yang tidak bisa ditanami padi," katanya.
Menurut petani porang di Pamekasan Halimi, dari segi pembiayaan, budi daya umbi porang jauh lebih hemat dibanding tanaman tembakau dan tidak memerlukan perawatan ektra sebagaimana tanaman tembakau.
"Kita menanam, mengawasi serta membersihkan ruput yang tumbuh dan memanen, itu saja," katanya.
Ayah dua orang anak ini mengaku telah merasakan langsung manfaat tanaman porang, karena sudah dua tahun menanam jenis tanaman ini.
Halimi juga tidak perlu mencari pembeli untuk menjual tanaman porang miliknya, karena ia telah bekerja sama dengan perusahaan eksportir porang, yakni PT Anugerah Porangkaya Indonesia. "Kita tinggal telepon dan petugas dari petusahaan itu yang akan menjemput ke rumah," katanya.
Saat ini, harga umbi porang segar mencapai Rp4 ribu per kilogram dan harga porang yang sudah diolah dan siap ekspor berkisar Rp14 ribu per kilogram.
Di negera tujuan ekspor, seperti Jepang, China, Australia, dan Vietnam, umbi porang ini merupakan bahan tepung.
"Disini kami juga membuat komunitas petani porang, sehingga kami bisa saling koordinasi saat hendak membutuhkan bibit," katanya, menjelaskan. (ELSINTA, ANTARA, CENDANANEWS, BANGGA INDONESIA, 5 APRIL 2020)