Program Fellowship Jurnalisme PWI bersama Dewan Pers dan BNPB Berlanjut

Advertisement

Masukkan script iklan 970x90px

Program Fellowship Jurnalisme PWI bersama Dewan Pers dan BNPB Berlanjut

Pamekasan Hebat
Sabtu, 29 Mei 2021


PAMEKASAN HEBAT
- Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pamekasan melanjutkan program Fellowship Jurnalisme Perubahan Perilaku (FJPP) periode 2, yakni program kerja sama antara Dewan Pers bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam rangka menyajikan informasi yang mendidik dan mendorong masyarakat taat protokol kesehatan.

"Ada lima orang anggota PWI Pamekasan yang terpilih oleh tim untuk melanjutkan program ini pada periode kedua kali ini," kata Ketua PWI Pamekasan Abd Aziz di kantor PWI di Jalan Ronggosukowati Nomor 13 Pamekasan, Sabtu (29/5/2021).

Program fellowship jurnalisme perubahan prilaku tahap kedua ini digelar mulai Mei hingga Desember 2021 dan pembukaan program tahap kedua ini telah digelar pada 10 Mei 2021 oleh Ketua Satgas Penanganan Pandemi COVID-19 Doni Munardo kala itu, dan Ketua Dewan Pers Prof M Nuh.

Sebanyak 3.030 wartawan dari seluruh Indonesia akan mengikuti program ini selama delapan bulan, antara Mei hingga Desember 2021. Sebagai fellow, mereka akan secara rutin membuat berita yang mengampanyekan pentingnya perubahan perilaku yang kondusif untuk pencegahan penyebaran Covid-19. Program FJPP merupakan kerja-sama antara Satgas Penanganan Covid-19 dan Dewan Pers, yang sebelumnya telah berlangsung pada periode Oktober-Desember 2020. 

Dewan Pers memberikan apresiasi tinggi atas pelaksanaan FJPP. Menurut M Nuh kala itu, sikap kritis pers terhadap cara pemerintah menangani pandemi COVID-19 tetap relevan, bahkan semakin relevan. Namun, hal ini tidak menghalangi pers berkolaborasi dengan pemerintah untuk mewujudkan nilai yang lebih tinggi, yakni visi kemanusiaan membantu menyelamatkan masyarakat dari pandemi covid-19 melalui sarana komunikasi dan informasi massa.


Mantan Menteri Komunikasi dan Informatikan (Menkominfo) di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini menjelaskan, FJPP ini momentum bersejarah yang jarang terjadi. Sebab, melalui program ini, pemerintah juga berkomitmen membantu para wartawan yang sedang menghadapi krisis ekonomi akibat pandemi COVID-19. 

"Pers sebaliknya membantu pemerintah mengarusutamakan perubahan perilaku dalam masyarakat untuk menanggulangi pandemi COVID-19. Namun, kedua pihak menyadari FJPP tidak dimaksudkan untuk mengurangi sikap kritis pers terhadap pemerintah. Apresiasi yang tinggi dalam hal ini perlu kami berikan kepada pemerintah, khususnya Satgas Penanganan Covid-19," katanya.

Para wartawan peserta FJPP akan secara kontinu memberitakan pandemi COVID-19 dengan menekankan pentingnya pelaksanaan protokol kesehatan sebagai budaya baru dalam masyarakat, menggunakan masker secara benar, mencuci tangan, menjaga jarak, menjaga asupan gizi, dan berolahraga secara cukup untuk mendukung pencegahan penyebaran virus COVID-19.

Atas kontribusi tersebut, para peserta akan mendapatkan renumerasi setiap bulan yang dialokasikan dari APBN. Dewan Pers menjamin renumerasi ini tidak menghalangi pers untuk bersikap kritis terhadap pemerintah.

FJPP periode pertama telah digelar sejak Oktober hingga Desember 2020, dan menunjukkan para peserta masih tetap bersikap kritis terhadap unsur-unsur pemerintahan lain yang lalai dalam melaksanakan protokol kesehatan. 

"Perubahan perilaku hanya soal perspektif pemberitaan. Wartawan tetap bisa kritis, bahkan diharapkan tetap bersikap kritis dalam memberitakan isu-isu protokol kesehatan dan perubahan perilaku," kata Ketua Komisi Hubungan Antar Lembaga dan Luar Negeri Dewan Pers, Agus Sudibyo yang juga menjadi narasumber pada acara pembukaan itu.

Agus Sudibyo menambahkan, FJPP merupakan bagian dari insentif ekonomi yang diberikan negara kepada sektor media. Pada masa awal pandemi COVID-19, unsur asosiasi perusahaan media dan asosiasi wartawan mengajukan beberapa opsi insentif ekonomi kepada pemerintah. 

Dewan Pers memfasilitasi proses tersebut. Untuk para individu wartawan, insentif tersebut diwujudkan dalam program FJPP.

"Insentif ekonomi untuk wartawan tidak diwujudkan dalam bentuk bantuan tunai langsung, melainkan secara programatik dalam fellowship penulisan karya jurnalistik. Ini lebih mendidik dan profesional," tambah Agus Sudibyo.

Program FJPP melibatkan 26 wartawan senior dari berbagai latar-belakang media untuk menjadi editor. Mereka  bertugas memeriksa dan menilai kelayakan karya-karya para peserta dengan bertolak dari pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik dan kesesuaian dengan tema perubahan perilaku dan pelaksanaan protokol kesehatan. (Rilis PWI Pamekasan)